Penjualan Produk Garmen Naik, Omzet tetap Menurun - Walaupun penjualan produk garmen secarakeseluruhan mengalami kenaikan, namun hal ini tidak dirasakan oleh sebagian penjual dan produsen produk garmen. Bagi mereka, Ramadan dan Lebaran tahun ini tidak seindah tahun lalu dirasakan para pengusaha garmen. Pasalnya mereka mengalami penurunan omzet akibat serbuan barang impor. Omzet anjlok antara 30 sampai 50 persen.
Suasana Perkampungan Industri Kecil (PIK) di daerah Penggilingan, Jakarta Timur, dalam beberapa hari terakhir jelang Lebaran, tidak seperti tahun-tahun lalu. Tahun ini pengusaha terlihat lesu akibat penjualan yang menurun drastis.
Menjelang Lebaran biasanya para pengusaha industri rumahan itu umumnya sibuk memenuhi pesanan keperluan Lebaran. Barang-barang yang dijual di PIK ini tidak jauh dari keperluan Lebaran, seperti busana muslim, celana panjang, dan pesanan bordir.
Namun, menurut Chairuddin, Sekretaris Koperasi PIK, untuk Lebaran tahun ini mereka bersiap menghadapi penurunan omzet karena serbuan barang impor. Omzet menurun karena kalah bersaing dengan barang impor yang lebih murah. Biasanya pengusaha umumnya bisa mengantongi omzet hingga Rp5 juta perhari jelang Lebaran. Namun tahun ini, sejak barang impor asal China menyerbu pasar, omzet turun drasti.
Slamet, misalnya. Pengusaha bordir komputer itu mengaku ordernya sepi jelang Lebaran ini. Bahkan jelang Lebaran tahun ini dirinya menghentikan produksi. Padahal tahun sebelumnya kegiatan produksi berlangsung hingga mendekati hari Idul Fitri.
Para pengrajin yang bermukim di industri rumahan di PIK berharap ada insentif dari pemerintah, baik dari segi kredit maupun pelatihan. Mereka masih dikenakan bunga kredit dengan harga pasar, sementara pelatihan untuk peningkatan kualitas produksi sudah lama tidak dirasakan lagi oleh mereka yang notabene adalah asuhan pemerintah.
No comments:
Post a Comment