Tuesday, August 28, 2012

Kontroversi Cara Berpakaian Saat di Pesawat [Bagian 2]


Kontroversi Cara Berpakaian Saat di Pesawat - "American Airlines dan Delta hanya menjalankan hak mereka untuk menyuruh penumpangnya mengganti pakaian yang mengandung kata-kata dan gambar yang bersifat politis," ucap pengacara dari Amandemen Pertama Konstitusi AS, Joe Larsen.

Seorang pria bernama Allen Jasson ditolak naik pesawat Qantas di Bandara Melbourne yang akan terbang ke London. Staf bandara menolak Jasson karena ia memakai baju bergambar mantan Presiden AS, George Bush dan bertuliskan World's #1 Terrorist (teroris nomor satu di dunia).

Amandemen Pertama Konstitusi AS melarang pemerintah untuk membatasi kebebasan seseorang untuk mengeluarkan pendapat. Namun hal ini tidak berlaku di maskapai-maskapai yang dijalankan oleh perusahaan pribadi. Menurut Joe, aparat keamanan pemerintah di bandara tidak mengkonfrontasi Arijit, melainkan pihak Delta yang melarangnya.

Tahun lalu, seorang pria ditangkap di Bandara Internasional San Francisco karena ia menolak menarik celana yang berpinggang terlalu rendah. Jaksa setempat menolak untuk menjatuhkan hukuman kepada pria bernama Deshon Marman yang juga merupakan pemain sepak bola di University of New Mexico. Menurut pengacara Marman, mereka tidak bisa menahan orang yang memiliki cara berpakaian sedikit beda dengan yang lainnya.

Beda lagi dengan tanggapan juru bicara US Airways, John McDonald. Ia mengatakan, maskapai tidak memiiki dresscode, namun mereka bisa menegur penumpang yang berpakaian tidak biasa dan dianggap menganggu kenyamanan dan keamanan orang di sekitarnya.

Penumpang bernama John Gordon mengaku bahwa kaus yang bertuliskan kata-kata makian selalu mengganggu mata. Sedangkan penumpang lain bernama Leigh Ann Epperson, yang juga seorang pengacara memiliki pendapat berbeda. Ia tidak masalah dengan kata-kata makian. Menurutnya, para penumpang membayar tiket dengan uang mereka, maka mereka bisa bebas memakai pakaian apa saja.

No comments:

Post a Comment