Inovasi teknologi memang menjadi sebuah kebutuhan bagi manusia modern yang menginginkan semua hal menjadi serba instan dan praktis. Rasanya tidak salah apabila setiap detik selalu bermunculan kreasi teknologi baru yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia di era globalisasi ini yang selalu menuntut kepraktisan dalam melakukan berbagai hal. Kali ini kita akan berbicara mengenai teknologi di bidang konveksi yang dikenal dengan DTG(direct to garment) yang 4 tahun belakangan sedang marak dibicarakan oleh para pebisnis yang berwirausaha di sector konveksi/garmen.
DTG adalah Sebuah alat yang dari bentuknya hampir mirip dengan printer biasa yang sering kita gunakan sehari-hari, namun memiliki fungsi yang berbeda. Printer DTG ini menggunakan konsep yang sama layaknya printer kertas biasa yang dialihfungsikan untuk mencetak gambar/ tulisan dengan media kaos sebagai objeknya. Sebagaimana kita ketahui, screen printing atau sablon manual sudah terlebih dahulu dikenal di negeri ini untuk mencetak gambar pada media kaos. Kemunculan printer DTG ini bisa menjadi kabar baik ataupun buruk pagi para pelaku bisnis kaos di negeri ini. Bagi pelaku bisnis yang bermodal besar mungkin tergiur untuk menggunakan alat ini. Selain lebih praktis, paduan warna yang digunakan pun bisa dikatakan jauh melebihi proses sablon manual. Pada proses sablon manual, misalnya sebuah desain kaos yang memiliki sepuluh warna akan dipisahkan menurut warnanya masing-masing dan dicetak ke dalam screen yang berbeda (color separation process).tentu saja pengrajin sablon manual pun diharuskan untuk melakukan pencampuran warna secara manual menurut warna yang akan dihasilkan bergantung kepada jumlah warna yang dibutuhkan. Hal ini tentunya berpengaruh kepada budget produksi. Printer DTG menjadi solusi dalam mengatasi masalah ini, karena layaknya printer yang sudak kita kenal pada umumnya, proses pencetakan dilakukan secara otomatis pada kaos dengan hamper tidak adanya batasan warna layaknya kita mencetak gambar berwarna pada printer biasa. Efisiensi waktu pengerjaan pun menjadi sebuah nilai plus dan menjadi alasan utama para pelaku bisnis kaos menggunakan alat ini. Hal ini bukan tidak mungkin lambat laun menjadi sebuah ancaman pagi para pengrajin sablon manual. Tapi kemunculan printer DTG ini bukanlah tanpa cacat. Banyak keluhan dari pengguna yang merasa kerepotan dalam masalah maintenance yang lumayan merogoh kocek. Kendala seperti head printer yang macet atau tinta yang mampet menjadi sebuah nilai negatif yang patut menjadi penyemangat bagi para pelaku sablon manual yang masih ingin survive dalam industri busana, khususnya sablon kaos. Selain itu banyak pelaku bisnis professional di bidang ini yang menilai hasil akhir(finishing) dari sablon DTG ini entah kenapa kurang terasa sentuhan estetika nya.dan cenderung terlihat kaku/kasar. Saya pribadi mungkin mengibaratkan keduanya seperti sebuah pertarungan antara pelukis konvensional dan desainer grafis di masa sekarang ini. Jadi, apakah anda akan bertahan pada gaya konvensional atau beralih pada sesuatu yang baru? Mudah-mudahan pada posting berikutnya dapat dibahas lebih mendetail mengenai perbedaan kedua proses sablon ini. Kritik dan saran ataupun sekedar sharing kami harapkan dari anda. Karena berbagi ilmu adalah sebuah hal yang indah dan bermanfaat.
NIce Info...Gan
ReplyDeleteAne ada rencana mo bisnis sablon baju gan,tp ane dr NOL bngt dah...msh bingung. yg ane tanya :
-perbedaan Mesin DTG & PTG itu apa ?
-Apakah ke2 nya bisa cetak tinta warna Putih ?
-apakah saya hrus beli juga mesin HOt Press nya ?
-Bagus mana pake mesin DTG/PTG ama TRansfer Paper ?
Butuh Pencerahan Gan christ_setra@yahoo.com
@Christ setra.Pertama-tama saya di sini berbicara sebaagai pelaku sablon manual dan sama sekali belum pernah melakoni bisnis sablon menggunakan mesin DTG. Mesin DTG(direct to garment) dan PTG(print to garment)prinsipnya adalah sama menggunakan printer khusus yang langsung dapat mencetak kaos. Menurut beberapa informasi, memang mesin ini banyak mengalami kendala ketika menggunakan tinta putih dan terkadang harus membeli cat khusus yang dibeli dari luar Indonesia. SEbetulnya banyak vendor supplier mesin semacam ini yang berkata bahwa penggunaan mesin hot press sudah tidak diperlukan lagi karena daya rekat tinta sudah cukup baik pada sablonan kaos yang menggunakan mesin DTG ini. Jika berbica mengenai kualitas sudah pasti mesin DTg ini lebih diunggulkan daripada transfer paper dari segi efisiensi waktu juga dari ketahanan sablonan. Namun perlu dicatat bahwa salah satu kelemahan sablon digital adalah keterbatasan dalam variasi sablonan. Maaf sebelumnya atas keterlambatan reply dari komentar anda.
ReplyDelete