Pakar Konveksi – Dua pemesan inilah yang menjadi langganan Tomo hingga tiga tahun berikutnya. Tomo mengaku belum sanggup untuk menerima pemesan lainnya karena dari keduanya juga Tomo sudah harus memproduksi 200 lusin setiap bulannya. Tomo mengaku kalau dirinya tidak mau untuk meminta kredit pinjaman dari Bank.
Ketika pesanan terus bertambah, otomatis Tomo juga harus menambah jumlah karyawannya. Disamping itu, Tomo juga harus memindahkan tempat produksinya dari garasi rumahnya ke garasi salah satu partner bisnisnya di bilangan Jakarta Selatan.
Walaupun pesanan yang Tomo terima tergolong lancar, namun Tomo mengaku masih mengalami kendala dalam perputaran dana. Hal ini dikarenakan pembayaran pesanan yang menggunakan giro terkadang hingga membutuhkan tiga bulan untuk mencairkannya. Malah tidak jarang Tomo menerima giro kosong.
Saat ini Tomo menerima pasokan bahan dari pabrik kain yang berasal dari kota kembang, Bandung. Tomo mengaku mampu membelanjakan uang hingga 26 hingga 30 juta rupiah untuk setiap dua minggu sekali. Tomo menjual pakaian senamnya dengan harga 60 ribu rupiah. Sedangkan dia menggaji karyawannya dengan harga 6 ribu rupiah per piece.
Di tahun 2006 Tomo yang mendapatkan omzet hingga 100 juta rupiah per bulan ini telah memiliki dua buah mobil dan sebuah rumah di kawasan serpong. Selain itu Tomo juga bercita-cita memiliki bisnis lain di bidang showroom mobil.
Kisah sukses Tomo yang tim Pakar Konveksi bagi ke dalam tiga bagian artikel mungkin dapat menjadi inspirasi dan juga pelecut semangat bagi teman-teman yang menggeluti bidang bisnis konveksi.
No comments:
Post a Comment